Riwayat Setengah Abad MTs Ma'arif NU 1 Wangon




Riwayat Setengah Abad MTs Ma'arif NU 1 Wangon

Tepat 1 Januari 2019 kemarin, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ma'arif NU 1 Wangon genap berusia setengah abad. Sejak berdiri 1 Januari 1969 (50 tahun yang lalu) lembaga pendidikan Islam berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyyah yang terletak di wilayah Banyumas bagian barat ini, telah banyak memberikan andil besar dalam mewarnai dunia kependidikan Islam di wilayah Kabupaten Banyumas.

MTs Ma'arif NU 1 Wangon didirikan 4 tahun pasca berakhirnya gejolak politik G30S/PKI tahun 1965 yang telah manjadi catatan kelam dan menggores luka pedih bagi bangsa Indonesia. Peristiwa ini telah menggugah hati tokoh-tokoh NU di Wangon untuk memberikan benteng perlindungan ideologi bagi generasi muda agar tidak terulang kembali peristiwa tersebut melalui jalur pendidikan.

Tak hanya itu, dinamika kehidupan kaum nahdliyin di Kecamatan Wangon yang semakin berkembang, mendorong para tokoh NU dan masyarakat saat itu mendirikan sebuah lembaga pendidikan formal sebagai tempat belajar para generasi muda sekaligus wadah kaderisasi generasi muda NU di Kecamatan Wangon.
Maka, tepat pada momentum tahun baru 1 Januari 1969 pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Wangon resmi mendirikan lembaga pendidikan formal dengan nama Pendidikan Guru Agama Islam Al Hidayah (PGA Al Hidayah Wangon). Solehudin, didapuk menjadi kepala sekolah yang pertama.

Kiai Abdul Fatah, Kiai Abdurrahman, H Muhamad Hasan atau Amin Yusuf, Aslah Bahtiar, Kiai Marzuki, KH Abu Hasan, Ahmad Solehudin, Taufik Umar, Ahmad Basuki, Ahmad Sodikun, dan Nasiyati  adalah sederet tokoh yang kala itu memprakarsai berdirinya PGA Al Hidayah Wangon yang kemudian pada tahun 1980 bertransformasi menjadi MTs Ma'arif NU 1 Wangon.

Di masa-masa awal pendiriannya, keberadaan MTs Ma'arif NU 1 Wangon terbilang sangat memprihatikan. 22 orang siswa  angkatan perdana yang sudah mendaftar harus belajar di ruang kelas yang sederhana. Berlantai tanah dan berdinding bata merah. Tak jarang juga para siswa harus bergantian memakai ruang kelas atau meminjam rumah warga untuk kegiatan belajar mengajar. Kondisi tersebut bertahan hingga kurang lebih 10 tahun (1969 - 1979).

Dengan adanya perubahan nama dari PGA Al Hidayah menjadi MTs Ma'arif NU pada tahun 1980, perkembangan lembaga ini semakin baik. Jumlah siswa pun semakin bertambah banyak. Dua lokal ruangan di Desa Ranjingan yang sejak berdiri digunakan untuk kegiatan KBM sudah tak kuat lagi menampung para murid madrasah ini.
Ruang kelas pun kemudian berpindah dari Desa Ranjingan ke Desa Rancabanteng. H Amin Yusuf seorang saudagar kaya yang juga menjadi tim pendiri waktu itu secara ikhlas mewakafkan sebidang tanahnya untuk digunakan sebagai tempat pembangunan 3 lokal gedung sekolah, tepat disebelah utara Masjid Al Huda Rancabanteng.

Berkat adanya gedung baru tersebut, animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di MTs Ma'arif NU 1 Wangon semakin tinggi. Tercatat pada tahun itu 129 anak resmi mendaftar sekaligus menjadi catatan sejarah pertama jumlah siswa pendaftar terbanyak sejak tahun awal sekolah dibuka.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan MTs Ma'arif NU 1 Wangon semakin pesat. Tiga lokal gedung kelas yang dulu digunakan, sekarang sudah berubah menjadi bangunan megah berlantai dua. Jumlah ruang kelas pun semakin bertambah, dan fasilitas penunjang pembelajaran pun juga terus ditingkatkan. Sekolah yang awalnya hanya memiliki 20 siswa, saat ini sudah memiliki ribuan siswa.

Meski demikian, nilai-nilai keislaman yang menjadi spirit perjuangan dari awal terus digelorakan dan tak akan pernah ditinggalkan. Meski zaman berganti, pondasi akhlakkul karimah tak pernah tergantikan. Meski zaman berubah, nilai-nilai Aswaja An-Nahdilyyah tetap akan dipertahankan Ila Yaumil Qiyamah.

Wawancara dengan Ahlan S.Ag, Kepala Madrasah ke 6 MTs Ma'arif NU 1 Wangon.

http://www.nubanyumas.com/pendidikan/riwayat-setengah-abad-mts-maarif-nu-1-wangon

0 Komentar